Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Putri Terdekat Mojokerto – Pernahkah Anda membayangkan betapa dahsyatnya timbangan di Hari Kiamat? Sebuah kisah inspiratif dari hadits Rasulullah saw. menggambarkan betapa ampunan Allah swt. begitu luas, bahkan bagi mereka yang telah menumpuk dosa.
Mari kita selami kisah seorang hamba yang catatannya dipenuhi 99 buku dosa, masing-masing terbentang sejauh mata memandang. Di hadapan Allah swt., catatan-catatan itu dipertontonkan. Allah bertanya, “Apakah engkau mengingkari semua ini? Atau apakah para malaikat pencatat-Ku telah berlaku zalim kepadamu?” Dengan pasrah, hamba itu menjawab, “Tidak, ya Tuhanku.” Ketika diminta mencari alasan atau pembelaan, dia tak dapat menemukannya.
Namun, di tengah kepasrahannya, sebuah harapan muncul. Allah berfirman, “Hari ini, engkau tidak akan dizalimi sedikit pun. Sesungguhnya, engkau memiliki satu kebaikan di sisi Kami.”
Daftar isi
ToggleKekuatan Kalimat Tauhid
Muncullah selembar catatan kecil. Isinya sungguh luar biasa:
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
(Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya). Allah lalu memerintahkan, “Sekarang, datangkan timbanganmu!”
Melihat catatan kecil itu dihadapkan dengan 99 buku dosa yang masif, hamba tersebut terheran, “Ya Tuhanku, apa artinya catatan kecil ini dibandingkan dengan tumpukan dosa yang begitu banyak?” Allah swt. kembali menegaskan, “Sungguh, hari ini engkau tidak akan dizalimi.”
Apa yang terjadi selanjutnya sungguh mencengangkan. Ke-99 catatan dosa diletakkan di satu sisi timbangan, sedangkan selembar catatan kecil berisi kalimat tauhid diletakkan di sisi lainnya. Hasilnya? Catatan dosa yang begitu banyak itu melayang ringan, sementara selembar catatan kecil itu justru memberat!
Kisah ini, yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari sahabat ‘Abdullah ibn ‘Amr ibn al-‘Ash, menguatkan sabda Rasulullah saw.:
إِنَّ اللَّهَ سَيُخَلِّصُ رَجُلاً مِنْ أُمَّتِي عَلَى رُءُوسِ الخَلاَئِقِ يَوْمَ القِيَامَةِ فَيَنْشُرُ عَلَيْهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ سِجِلًّا كُلُّ سِجِلٍّ مِثْلُ مَدِّ البَصَرِ، ثُمَّ يَقُولُ: أَتُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا؟ أَظَلَمَكَ كَتَبَتِي الحَافِظُونَ؟ فَيَقُولُ: لاَ يَا رَبِّ، فَيَقُولُ: أَفَلَكَ عُذْرٌ؟ فَيَقُولُ: لاَ يَا رَبِّ، فَيَقُولُ: بَلَى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَةً، فَإِنَّهُ لاَ ظُلْمَ عَلَيْكَ اليَوْمَ، فَتَخْرُجُ بِطَاقَةٌ فِيهَا: أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، فَيَقُولُ: احْضُرْ وَزْنَكَ، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ مَا هَذِهِ البِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلاَّتِ، فَقَالَ: إِنَّكَ لاَ تُظْلَمُ، قَالَ: فَتُوضَعُ السِّجِلاَّتُ فِي كَفَّةٍ وَالبِطَاقَةُ فِي كَفَّةٍ، فَطَاشَتِ السِّجِلاَّتُ وَثَقُلَتِ البِطَاقَةُ، فَلاَ يَثْقُلُ مَعَ اسْمِ اللهِ شَيْءٌ
Artinya, “Sesungguhnya Allah akan membebaskan seorang laki-laki dari umatku atas para pembesar makhluk pada hari Kiamat. Padahal, kepada laki-laki itu akan ditunjukkan sembilan puluh sembilan catatan amal (buruk). Setiap catatannya sepanjang mata memandang. Saat itu, Allah akan bertanya kepadanya, ‘Apakah engkau mengingkari ini? Apakah para malaikat-Ku telah menzalimimu?’ Laki-laki itu menjawab, ‘Tidak, Tuhanku.’ Allah kembali bertanya, ‘Apakah memiliki alasan?’ Dia menjawab, ‘Tidak, Tuhanku.’ Allah melanjutkan, ‘Benar, engkau memiliki sebuah kebaikan di sisi Kami. Dan pada hari ini, tidak ada kezaliman apa pun kepadamu.’ Tak lama berselang, muncullah sebuah catatan kecil yang berisi kalimat: Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Allah berfirman, ‘Maka datangkanlah timbanganmu.’ Laki-laki itu bertanya, ‘Ya Tuhanku, apa artinya catatan kecil ini di hadapan catatan besar.’ Namun, Allah meyakinkan, ‘Sesungguhnya, engkau tidak akan dizalimi.’ Terakhir, Nabi saw menambahkan, ‘Setelah itu, sembilan puluh catatan diletakkan pada satu ujung timbangan, sedangkan catatan kecil diletakkan di ujung satunya. Anehnya, catatan yang banyak justru mengambang, sedangkan catatan kecil justru memberat. Memang tidak ada yang mengalahkan beratnya asma Allah.’”
Makna Penting bagi Kita
Kisah ini, sejalan dengan firman Allah swt. dalam Al-Qur’an
“Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)-nya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri. Mereka juga kekal dalam neraka Jahannam,” (Q.S. al-Mukminûn [23]: 102-103).
Dan dikuatkan pula dengan sabda Rasulullah saw. tentang kalimat tauhid:
فَإِنَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعَ، وَالْأَرْضِينَ السَّبْعَ، لَوْ وُضِعَتْ فِي كِفَّةٍ، وَوُضِعَتْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ فِي كِفَّةٍ، رَجَحَتْ بِهِنَّ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ،
Artinya, “Sesungguhnya jika tujuh lapis dan langit diletakkan pada satu sisi timbangan dan kalimat La ilaha illallah diletakkan pada satu sisi timbangan yang lain, maka kalimat Lailahaillallah akan mengalahkannya.” (HR. Ahmad).
Dari kisah dan dalil ini, kita bisa memetik beberapa pelajaran berharga:
Keutamaan Kalimat Tauhid: Kalimat Lâ ilâha illallâh memiliki kekuatan luar biasa untuk menebus dan menghapus dosa. Ini adalah pengingat akan dahsyatnya keimanan yang tulus.
Pencatatan Amal: Setiap perbuatan kita, baik atau buruk, tak luput dari catatan malaikat. Di Hari Kiamat, semuanya akan terungkap di hadapan Allah swt.
Penimbangan Amal yang Adil: Proses penimbangan amal akan berlangsung terbuka dan adil, tanpa ada yang dizalimi sedikit pun. Setiap dosa dan kebaikan akan diperhitungkan.
Kunci Keberuntungan: Mereka yang timbangan kebaikannya berat akan merasakan keberuntungan sejati, selamat dari kehinaan, kesengsaraan, dan kebinasaan.
Pentingnya Keimanan: Keimanan yang kuat adalah kunci keselamatan di akhirat. Jika iman terbawa hingga akhir hayat, ada harapan besar untuk meraih keselamatan, meskipun harus melalui proses penebusan dosa.
Jangan Meremehkan Tauhid: Jangan pernah menganggap remeh kalimat tauhid. Perbanyaklah mengucapkannya, dengan harapan ia menjadi kalimat terakhir yang terucap dari lisan kita, dan menjadi sebab keselamatan kita di akhirat berkat rida dan karunia Allah swt.
(Lihat: Umar Sulaiman, Shahih al-Qashash an-Nabawi, Terbitan Darun-Nafais, Tahun 1997, halaman 35).
Wallahu a’lam.
Baca juga Kisah Peringatan Azab Kubur Akibat Ghibah dan Adu Domba
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Jihadul Chakim di Mojokerto
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Jihadul Chakim di Mojokerto merupakan pondok pesantren yang memberikan pendidikan agama yang mendalam, dengan pendekatan yang hangat dan penuh perhatian terhadap perkembangan karakter.Jika Anda sedang mencari pondok pesantren yang memberikan pendidikan agama yang mendalam, dengan pendekatan yang hangat dan penuh perhatian terhadap perkembangan karakter, Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Jihadul Chakim di Mojokerto – Jawa Timur bisa menjadi pilihan yang tepat. Dengan lingkungan yang mendukung dan pengasuhan yang penuh empati, pesantren ini fokus membentuk santri menjadi pribadi yang berakhlak mulia, mandiri, dan cinta Al-Qur’an. Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa menghubungi Pondok Pesantren Al Jihadul Chakim melalui WhatsApp di nomor 0811-3600-074 atau 0811-3055-5556.