Pondok Tahfidz Putri Terdekat Mojokerto – Makkah siang itu terik, tapi lebih panas lagi suasana di benak Zayd seorang pemuda Quraisy dari keluarga terhormat. Sejak beberapa pekan terakhir, ia mendengar desas-desus tentang seorang laki-laki bernama Muhammad yang mengaku mendapat wahyu. Dakwahnya katanya lembut, tapi pesannya tajam: “Tinggalkan berhala, sembahlah Tuhan Yang Esa.”
Zayd penasaran, sekaligus skeptis. “Apa mungkin benar? Seorang yatim piatu dari Bani Hasyim datang membawa kebenaran yang belum pernah kita kenal?” pikirnya.
Suatu sore, ia mengikuti jejak samar-samar sekelompok orang yang sering ia lihat diam-diam pergi ke rumah kecil di kaki bukit Shafa. Rumah itu milik seorang pria bernama Arqam bin Abi Arqam. Kata orang, di sanalah para pengikut Muhammad berkumpul. Dan hari itu, Zayd memberanikan diri mengetuk pintunya.
Baca juga: 3 Metode Efektif Menghafal Al-Qur’an: Ziyadah, Muraja’ah, dan Tasmi’
Di dalam rumah, suasana terasa damai. Beberapa orang tengah mendengarkan Nabi Muhammad ﷺ membacakan ayat-ayat Al-Qur’an. Di pojok ruangan, duduk seorang gadis muda dengan wajah tenang dan tatapan kokoh: Aisha, salah satu pengikut awal Rasulullah. Meski usianya masih belia, imannya telah tumbuh dewasa.
Zayd memperhatikannya. Aisha tak berbicara banyak, tapi keteguhan wajahnya seolah berkata, “Aku sudah menemukan kebenaran, dan tak akan mundur.”
Setelah majelis selesai, Zayd mendekat, dan bertanya, “Apa yang membuatmu begitu yakin? Apakah engkau tak takut dicemooh Quraisy?”
Aisha menjawab lembut, “Aku pernah takut. Tapi ketakutan itu hilang ketika aku mendengar ayat ini dibacakan: ‘Dan katakanlah, kebenaran itu datang dari Tuhanmu…’ (QS. Al-Kahfi: 29). Sejak itu, aku tak butuh pembuktian dari dunia. Cukup Tuhanku yang menyaksikan.”
Malam itu, Zayd tidak tidur. Hatinya bergetar. Kata-kata Aisha terus menggaung dalam pikirannya. Dan pada fajar berikutnya, ia kembali ke rumah Arqam—bukan sebagai pengamat, tapi sebagai pencari kebenaran.
Di hadapan Rasulullah ﷺ, Zayd mengucapkan syahadat. Di tempat yang sama, cahaya yang menyinari Aisha kini mulai menyentuh hatinya. Rumah Arqam bukan hanya tempat belajar, tapi titik awal kelahiran jiwa-jiwa baru yang berani menempuh jalan cahaya di tengah gelapnya Makkah.
Pelajaran dari Cahaya di Rumah Arqam:
✅ Iman bisa tumbuh dari rasa penasaran, jika disertai kejujuran hati.
✅ Keteguhan seseorang bisa menjadi jalan hidayah bagi orang lain.
✅ Di balik pintu rumah sederhana, bisa lahir perubahan besar yang mengguncang zaman.
Cahaya itu masih ada. Pertanyaannya: beranikah kita mendekat?
Wallāhu a‘lam.
Lanjut? [Bagian 2] Cahaya di rumah Arqam : Bayangan Umar
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Jihadul Chakim di Mojokerto
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Jihadul Chakim di Mojokerto merupakan pondok pesantren yang memberikan pendidikan agama yang mendalam, dengan pendekatan yang hangat dan penuh perhatian terhadap perkembangan karakter.Jika Anda sedang mencari pondok pesantren yang memberikan pendidikan agama yang mendalam, dengan pendekatan yang hangat dan penuh perhatian terhadap perkembangan karakter, Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Jihadul Chakim di Mojokerto – Jawa Timur bisa menjadi pilihan yang tepat. Dengan lingkungan yang mendukung dan pengasuhan yang penuh empati, pesantren ini fokus membentuk santri menjadi pribadi yang berakhlak mulia, mandiri, dan cinta Al-Qur’an. Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa menghubungi Pondok Pesantren Al Jihadul Chakim melalui WhatsApp di nomor 0811-3600-074 atau 0811-3055-5556.