Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Putri Modern Mojokerto – Saat hijrah ke Madinah, para sahabat Muhajirin banyak yang datang tanpa harta, tanah, ataupun modal. Tapi kisah Abdurrahman bin Auf berbeda. Ketika ditawari harta atau kemitraan oleh kaum Anshar, ia hanya menjawab dengan sederhana, “Tunjukkan aku di mana pasar.”
Bukan lahan yang ia minta. Bukan kambing atau unta. Tapi akses ke tempat perputaran ekonomi. Inilah cerminan mental seorang pengusaha sejati. Beliau memilih memulai dari hilir, berdagang mentega dan keju, produk olahan hasil peternakan yang sudah jadi dan siap jual.
Mengapa tidak langsung beternak? Karena memulai dari hulu seperti peternakan butuh lahan, butuh pengalaman, butuh modal besar dan tentu saja, penuh risiko.
Justru dengan mulai dari hilir, Abdurrahman bin Auf membuktikan bahwa siapa pun bisa memulai usaha dengan cara yang lebih ringan namun tetap strategis. Ia membangun kekayaan dari nol, tanpa bergantung pada bantuan. Hasilnya? Ia akhirnya memiliki peternakan sendiri, dan hartanya ia gunakan untuk berjuang di jalan Allah.
Baca juga: Belajar dari Kisah Inspiratif Sahabat Mulia: Bilal bin Rabah radhiyallahu ‘anhu
Ibnu Katsir dalam al-Bidāyah wa an-Nihāyah menyebut bahwa ketika wafat, beliau meninggalkan:
“Seribu unta, seratus kuda, dan tiga ribu domba yang merumput di Baqi’.”
Inilah bukti bahwa kerja keras, strategi yang tepat, dan keberkahan dari niat yang lurus bisa mengubah keadaan siapa pun.
Jadi, yuk belajar dari beliau. Mulailah dari apa yang bisa kita jangkau hari ini. Hilir dulu pun tak masalah, asal langkahnya jelas dan tujuannya lillāh.
Wallāhu a’lam.