Al Qur’an telah diyakini sebagai bukti keagungan Allah Swt dan sebagai kebenaran mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Selain itu, menandakan Al Qur’an telah turun beribu tahun yang lalu dan sampai sekarang masih terjaga kemurnian kalam-kalam Allah ini. Kemurnian Al Qur’an terjaga disebutkan dalam Surat Al Hijr Ayat 9 :
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.” 1
Ayat di atas menguatkan dan memastikan orisinalitas Al-Qur’an sejak pertama diturunkan sampai sekarang, tidak ada keraguan sama sekali. Ayat ini berkaitan dengan ayat 6 dan 7 surat al-Hijr. Ayat ini sebagai bantahan terhadap orang-orang kafir yang meragukan sumber datangnya Al-Qur’an. Sekaligus sebagai mendorong orang-orang kafir untuk mempercayai Al-Qur’an dan memutus harapan mereka untuk mempertahankan keyakinan sesat mereka. 2
Allah menjaga Al-Quran pada masa penurunannya dan setelah masa penurunannya. Pada masa penurunannya Allah menjaga Al-Quran dari pencurian setan sedangkan pada masa sesudah penurunannya, Allah menjaga Al-Quran dari perubahan, penambahan, maupun pengurangan lafad dan penggantian maknanya. Cara Allah menjaga Al-Quran salah satunya dengan menyimpannya di dalam dada utusan-Nya, yaitu Nabi Muhammad, dan kemudian di dalam dada umat Nabi Muhammad. 3
Dengan demikian, sangat mungkin sampai sekarang ada pihak yang berupaya untuk memalsukan Alquran. Sejak zaman Nabi Muhammad SAW, sudah ada orang yang mencoba memalsukan Alquran, bahkan membuat ayat-ayat yang senada dengan Alquran. Tidak hanya itu, mereka juga menjelek-jelekkan firman Allah SWT. Di antaranya, ada yang membuat syair-syair dengan meniru bunyi surah Alkautsar. Lalu, ada pula orang-orang kafir yang mempertanyakan mengapa Allah SWT membuat binatang kecil yang ‘tidak bermanfaat’ bagi manusia, seperti nyamuk, dan hal lain yang dimuat dalam Alquran.
Dalam Mafatih al-Ghoib, ar-Razi menjelaskan bahwa pengumpulan al-Qur’an pada masa sahabat termasuk bukti bahwa Allah menjaga al-Qur’an dengan cara memberi inisiatif di hati para Sahabat untuk melakukan pengumpulan tersebut. 4
Untuk menguatkan kebenaran ayat di atas, al-Qurthubi mengisahkan bahwa suatu hari al-Ma’mun (salah satu raja dinasti Abbasiyah) bertanya perihal sebab masuknya seorang yahudi ke dalam Islam. Akhirnya, sang yahudi bercerita: “Suatu hari, aku ingin menguji kebenaran agama-agama samawi. Karena tulisanku bagus, aku ingin menulis kitab-kitab agama samawi.
Pertama, aku menulis 3 kitab Injil dan mengubah beberapa kata di dalamnya. Kemudian aku datangi gereja dan menjual 3 kitab tersebut. Ternyata mereka membelinya dan tidak mengetahui perubahan yang aku lakukan. Kedua, aku lakukan hal yang sama pada kitab Taurat. Aku jual ke pihak sinagog. Sama dengan pihak gereja, mereka bersedia untuk membelinya dan tidak tahu perubahan yang kulakukan.
Terakhir, aku menulis 3 al-Qur’an dengan menyelipkan beberapa perubahan. Ketika aku jual ke orang Islam, mereka membacanya terlebih dulu dan betapa kegetnya aku, mereka tahu bahwa al-Qur’an yang aku tulis banyak perubahannya. Akhirnya, mereka menolak untuk membeli tulisan al-Qur’anku. Dari kejadian inilah aku sadar bahwa kitab yang masih terjaga keasliannya hanyalah al-Qur’an. Inilah penyebab mengapa aku masuk Islam. 5
Seperti ditegaskan Allah SWT bahwa Dia-lah yang akan memelihara Alquran maka sampai kapan pun Alquran akan senantiasa terpelihara. Dia tidak akan bisa dipalsukan walau satu huruf sekalipun.
Al-Qur’an adalah wahyu yang murni berasal dari Allah, sama sekali tidak ada campur tangan manusia di dalamnya. karena kalau seandainya al-Qur’an adalah buatan manusia, niscaya akan terjadi banyak perubahan dan perbedaan di dalamnya (an-Nisa: 82). Al-Qur’an tidak akan lekang oleh zaman karena Allah sendirilah yang akan menjaganya. Wa Allahu a’lam.
Penulis : Budi Diansyah
Footnotes
- QS. Al-Hijr [15]:9
- Syihab, Qurais. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati 2002, hal 95
- As-Sa’di dalam Taisīr al-Karīm al-Raḥmān, Muassasah Ar Rayyan 1997, hal 429
- Ar-Razi, Fakhruddin. 1981. Mafatih al-Ghoib. Lebanon: Dar al-Fikr
- Al-Qurthubi, Abu Abdillah Muhammad. Tt. Tafsir al-Qurthubi. Kairo: Dar ar-Rayyan.