Kisah Abdullah Bin Ummi Maktum : Istiqomah itu Karomah – Suatu hari Abdullah bin Ummi Maktum di usia senjanya pernah meminta kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam agar diperbolehkan sholat lima waktu sendiri di rumah karena kekurangan fisiknya ini.
“Wahai Rasulallah, saya lelaki buta, rumah jauh dari masjid, dan tak memiliki penuntun jalan yang layak. Apakah saya memiliki rukhshah (keringanan) untuk menjalankan sholat di rumah?” ujarnya.
“Ya,” jawab Baginda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Awalnya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengizinkan Abdullah bin Ummi Maktum. Lalu ia beranjak keluar, segera dipanggil kembali oleh Rasulullah.
“Apakah engkau mendengar seruan sholat?” tanya Rasulullah.
“Ya Rasulullah, saya bisa mendengarnya,” jawab Abdullah bin Ummi Maktum.
“Kalau begitu engkau tetap harus hadir di masjid, sholat berjamaah bersama kami.”
Mendengarkan jawaban Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam maka Abdullah bin Ummi Maktum pun tetap istikamah menjalankan sholat lima waktu berjamaah di masjid.
Dalam riwayat Ahmad disebutkan bahwasanya antara rumah Abdullah bin Ummi Maktum dengan masjid terdapat bebatuan dan pohon-pohon kurma. Sementara seperti diketahui bahwa Abdullah bin Ummi Maktum adalah sahabat mengalami kebutaan, sehingga akan sulit melalui jalan tersebut.
Sebagai hamba yang istikamah dalam menjalankan perintah Allah Subhanahu wa ta’ala, Abdullah bin Ummi Maktum yang tidak dapat melihat tiap kali mendengar azan berkumandang berjalan dengan meraba-raba menyambut panggilan-Nya, tidak terkecuali dalam subuh yang gelap.
Hingga pada suatu hari, Abdullah bin Ummi Maktum tersandung sebuah batu lalu tersungkur. darahnya mengalir di wajah. Namun, ia kembali bangkit seraya mengusap darah yang mengaliri wajahnya. Abdullah bin Ummi Maktum pun melanjutkan perjalanan menuju masjid.
Sejak saat itu ada seorang laki-laki yang dengan ramah selalu menjemput dan menuntun Abdullah bin Ummi Maktum pergi ke masjid setiap waktu sholat tiba, kemudian mengantarkannya kembali ke rumah.
Ternyata lelaki asing itu melakukan hal ini setiap hari. Hingga suatu hari Abdullah bin Ummi Maktum menanyakan nama dan asal lelaki itu. Kemudian lelaki itu menjawab, “Tak perlu kau tahu namaku dan jangan mendoakanku karena sesungguhnya aku ini iblis.”
Abdullah bin Ummi Maktum pun kaget mendengarnya, “Bagaimana mungkin kau selalu mengantarku masjid sedangkan pekerjaanmu adalah menghalangi orang beribadah kepada Allah?”
Iblis menjawab, “Ingatkah saat kau berjalan untuk Sholat Subuh ke masjid, lalu kau tersandung dan terjatuh sehingga wajahmu terluka parah? Saat itu aku mendengar para malaikat berkata bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala mengampuni setengah dosamu. Aku khawatir jika kau tersandung lagi maka setengah dosamu yang lain akan diampuni Allah juga. Maka aku terpaksa mengantarmu ke masjid.”
Keistiqomahan Abdullah bin Ummi Maktum patut menjadi tauladan bagi kita semua. Ketika keistiqomahan mampu dilakukan serta didasari dengan niatan tulus dan ikhlas maka kesemangatan dalam beribadahpun akan terus tertanam dalam jiwa. Ini akan terasa ringan dalam melakukannya. Ibadah tidak akan menjadi beban namun sebaliknya akan menjadi sebuah kebutuhan.
Tidak ada manusia yang sempurna kecuali Nabi Muhammad SAW. Setiap ibadah kita mesti memiliki kekurangan karena sehebat apapun manusia pasti memiliki kelemahan. Namun kita harus terus berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita didasari dengan keikhlasan dan keistiqomahan. Kisah Abdullah Bin Ummi Maktum : Istiqomah itu Karomah
Wallahu A’lam.