Kisah Jenazah Ahli Maksiat yang Dishalatkan Wali Allah

Pondok Tahfidz Putri Terdekat Mojokerto – Di suatu hari yang terik, seorang laki-laki yang dikenal sebagai ahli maksiat dan kerap bergelimang dosa menghembuskan napas terakhirnya. Ia adalah seorang pemabuk paruh baya yang tinggal di sudut Kota Bashrah. Kepergiannya tak menuai simpati dari masyarakat, bahkan keluarganya pun merasakan hal serupa.

Istrinya kebingungan mencari bantuan untuk mengangkat jenazah suaminya. Tak seorang pun tetangga atau kenalan bersedia membantu, lantaran reputasi sang suami sebagai pemabuk berat. Terpaksa, ia menyewa dua orang untuk menggotong keranda menuju mushala. Namun, di mushala pun, tak ada jamaah yang bersedia menyalatkan jenazahnya.

 

Dengan berat hati, sang istri memutuskan untuk melanjutkan prosesi pemakaman sendiri. Ia membawa jenazah suaminya ke padang pasir terbuka. Betapa terkejutnya ia, di sana ia mendapati seorang pria yang seolah telah menanti. Pria tersebut tak lain adalah seorang ulama zuhud yang dikenal luas akan kewaliannya. Beliau menyalatkan jenazah sang pemabuk.

Kabar ini dengan cepat menyebar di Bashrah. Masyarakat terheran-heran mendengar seorang wali Allah rela turun gunung hanya untuk menyalatkan jenazah seorang pemabuk. Rasa ingin tahu membimbing mereka berbondong-bondong menuju lokasi pemakaman. Mereka lantas berbaris di belakang sang ulama karismatik untuk turut menyalatkan jenazah.

 

Rasa penasaran memuncak, masyarakat pun bertanya kepada ulama tersebut. Dengan tenang, wali Allah itu menjawab, “Dalam mimpi, aku mendengar suara langit, ‘Turunlah, temui jenazah fulan. Kamu akan melihat jenazah yang tidak diiringi siapapun kecuali istrinya. Shalatkanlah jenazahnya karena sungguh ia telah diampuni.’” Jawaban ini kian menambah kekaguman dan keheranan masyarakat Bashrah. Namun, sang ulama sendiri masih belum sepenuhnya memahami alasan di balik pengampunan Allah terhadap laki-laki pemabuk ini.

Sang wali lantas memanggil istri almarhum untuk menggali informasi mengenai amalan suaminya. Sang istri memulai kisahnya, menjelaskan bahwa suaminya, sebagaimana diketahui masyarakat Bashrah, memang menghabiskan hari-harinya di tempat hiburan dan mabuk-mabukan.

 

“Coba perhatikan, adakah kebaikan kecil yang pernah dilakukan almarhum suamimu?” tanya sang ulama karismatik, sementara masyarakat khidmat mendengarkan.

“Baik, ada tiga hal yang kuingat,” jawab sang istri. “Pertama, setiap kali sadar dari mabuknya di waktu Subuh, almarhum suaminya segera mengganti pakaian, berwudhu, lalu bergegas menuju masjid untuk shalat Subuh berjamaah. Selesai shalat Subuh berjamaah, almarhum kembali ke tempat hiburan langganannya dan tenggelam dalam dosa.”

 

“Kedua, rumah almarhum tidak pernah sepi dari satu atau dua anak yatim yang disantuni. Bahkan tidak jarang kebaikan almarhum terhadap anak-anak yatim tersebut melebihi kebaikannya terhadap anaknya sendiri.”

“Ketiga, tidak jarang almarhum suaminya sadar di tengah mabuknya pada gelap malam, lalu menangis dengan penyesalan dan bermunajat, ‘Wahai Tuhan pemilik sudut-sudut neraka Jahanam. Apakah Engkau akan memenuhi sudut-sudut Jahanam itu dengan raga yang hina ini (maksudnya dirinya).’”

 

Mendengar penuturan sang istri, ulama karismatik itu berpaling, menunggu pemakaman selesai sebelum kembali ke atas bukit di tepi Kota Bashrah. Penjelasan sang istri telah menghilangkan keheranan yang sebelumnya menyelimuti dirinya dan masyarakat Kota Bashrah.

Kisah ini, yang diangkat oleh Imam Al-Ghazali dalam karyanya Ihya Ulumiddin (Juz IV, halaman 502), mengajarkan kita untuk tidak memandang seseorang secara hitam putih. Ia mengingatkan kita untuk tidak meremehkan kebaikan sekecil apapun dalam ajaran Islam. Wallahu a’lam.

Apa pendapat Anda tentang hikmah yang terkandung dalam kisah ini?

Baca juga Kisah Kera yang Membuang Uang Haram ke Tengah Laut

 

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Jihadul Chakim di Mojokerto

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Jihadul Chakim di Mojokerto merupakan pondok pesantren yang memberikan pendidikan agama yang mendalam, dengan pendekatan yang hangat dan penuh perhatian terhadap perkembangan karakter.Jika Anda sedang mencari pondok pesantren yang memberikan pendidikan agama yang mendalam, dengan pendekatan yang hangat dan penuh perhatian terhadap perkembangan karakter, Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Jihadul Chakim di Mojokerto – Jawa Timur bisa menjadi pilihan yang tepat. Dengan lingkungan yang mendukung dan pengasuhan yang penuh empati, pesantren ini fokus membentuk santri menjadi pribadi yang berakhlak mulia, mandiri, dan cinta Al-Qur’an. Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa menghubungi Pondok Pesantren Al Jihadul Chakim melalui WhatsApp di nomor 0811-3600-074 atau 0811-3055-5556.