Kisah Ketika Nabi Muhammad Diganggu Jin

Pondok Tahfidz Putri Terdekat Mojokerto – Fenomena jin dan keberadaan mereka di muka bumi merupakan bagian integral dari penciptaan Allah SWT. Sebagai entitas gaib, jin memiliki beragam karakteristik dan tabiat, sebagaimana halnya manusia. Ada di antara mereka yang berakhlak mulia, namun tidak sedikit pula yang cenderung berperilaku buruk. Keragaman sifat ini telah ditegaskan dalam firman Allah SWT melalui lisan mereka sendiri, sebagaimana terekam dalam Surat Al-Jin ayat 11:

وَّاَنَّا مِنَّا الصّٰلِحُوْنَ وَمِنَّا دُوْنَ ذٰلِكَۗ كُنَّا طَرَاۤىِٕقَ قِدَدًاۙ 

Artinya: “Sesungguhnya di antara kami ada yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Kami menempuh jalan yang berbeda-beda.” (QS. Al-Jin [72]: 11)

Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini merupakan kabar dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW mengenai pengakuan jin tentang keberadaan golongan yang saleh dan golongan yang tidak demikian di antara mereka. Frasa كُنَّاطَرَاۤىِٕقَقِدَدًا diartikan sebagai manifestasi jalan hidup yang beragam dan terpisah-pisah. Ibnu Abbas dan Mujahid mengemukakan bahwa di kalangan jin pun terdapat yang beriman (Muslim) dan yang ingkar (kafir). (Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, [Beirut: Darul Kutub al-‘Ilmiyah, 1998] juz 8, halaman 254).

Untuk melindungi diri dari gangguan jin yang cenderung destruktif, umat Islam dianjurkan untuk senantiasa memohon perlindungan kepada Allah SWT dari bisikan-bisikan jahat (waswas) yang mereka sebarkan, sebagaimana termaktub dalam Surat An-Nas. Gangguan yang mereka timbulkan dapat membawa dampak negatif yang signifikan, bahkan kepada pribadi mulia seperti Nabi Muhammad SAW sekalipun. Beberapa riwayat sahih mengisahkan bagaimana Nabi Muhammad SAW pernah mengalami gangguan dari jin. Bagaimanakah detail kisahnya? Mari kita telaah lebih lanjut.

Gangguan Jin dalam Salat Nabi Muhammad SAW

Dikisahkan bahwa suatu ketika, saat Nabi Muhammad SAW sedang melaksanakan salat, beliau tiba-tiba melafalkan kalimat ta’awwudz (a’udzubillah). Para sahabat yang berada di sekitarnya merasa terheran-heran, sebab ini adalah kali pertama mereka mendengar Rasulullah SAW mengucapkan kalimat tersebut di tengah-tengah salat. Tidak hanya itu, setelah melafalkan ta’awwudz, beliau juga mengucapkan kalimat lain, yakni: “Al’anukabila’natillah” yang artinya, “Aku melaknatmu dengan laknat Allah” sebanyak tiga kali, seraya membentangkan kedua tangannya.

Selepas Nabi SAW menuntaskan salatnya, para sahabat dengan rasa ingin tahu menanyakan apa yang telah terjadi. Rasulullah SAW kemudian menjelaskan bahwa beliau baru saja diganggu oleh Iblis, salah satu golongan jin, yang berusaha meletakkan bara api di hadapan beliau.

 

Kisah ini diabadikan dalam hadis Nabi Muhammad SAW, diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Darda’ RA:

عَنْ ‌أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ: « قَامَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يصلى فَسَمِعْنَاهُ يَقُولُ: ‌أَعُوذُ ‌بِاللهِ ‌مِنْكَ. ثُمَّ قَالَ: أَلْعَنُكَ بِلَعْنَةِ اللهِ ثَلَاثًا، وَبَسَطَ يَدَهُ كَأَنَّهُ يَتَنَاوَلُ شَيْئًا. فَلَمَّا فَرَغَ مِنَ الصَّلَاةِ قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، قَدْ سَمِعْنَاكَ تَقُولُ فِي الصَّلَاةِ شَيْئًا لَمْ نَسْمَعْكَ تَقُولُهُ قَبْلَ ذَلِكَ، وَرَأَيْنَاكَ بَسَطْتَ يَدَكَ. قَالَ: إِنَّ عَدُوَّ اللهِ إِبْلِيسَ جَاءَ بِشِهَابٍ مِنْ نَارٍ لِيَجْعَلَهُ فِي وَجْهِي، فَقُلْتُ: ‌أَعُوذُ ‌بِاللهِ ‌مِنْكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ قُلْتُ: أَلْعَنُكَ بِلَعْنَةِ اللهِ التَّامَّةِ. فَلَمْ يَسْتَأْخِرْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ. ثُمَّ أَرَدْتُ أَخْذَهُ، وَاللهِ لَوْلَا دَعْوَةُ أَخِينَا سُلَيْمَانَ لَأَصْبَحَ مُوثَقًا يَلْعَبُ بِهِ وِلْدَانُ أَهْلِ الْمَدِينَةِ 

Artinya: “Dari Abu Darda’ ra, ia berkata, bahwasanya ketika Rasulullah saw berdiri melaksanakan shalat, kami mendengar beliau mengucapkan “A’udzubillah minka” lalu mengatakan, “Al’anuka bila’natillah” tiga kali. Kemudian, membentangkan tangannya, seakan-akan mendapatkan sesuatu. Setelah tuntas dari shalatnya, lantas kami berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, kami mendengar engkau mengucapkan sesuatu di dalam shalat, yang sebelumnya kami tidak pernah mendengar engkau mengucapkan kalimat tersebut. Kami juga melihat engkau membentangkan tangan.” Rasul saw menjawab, “Sesungguhnya musuh Allah swt, Iblis datang membawa bara api dan dia hendak melemparkannya ke wajahku. Dengan demikian aku berkata, A’udzubillahi minka, tiga kali. Lalu aku lanjutkan dengan, al’anuka bila’natillahi tammah. Belum selesai 3 kali ucapan, aku ingin menangkapnya. Demi Allah, seandainya bukan karena doa saudara kita, Nabi Sulaiman, niscaya akan aku ikat ia, sehingga jadi mainan anak-anak penduduk Madinah.” (HR. Muslim no. 542)

Baca juga Kisah Qabil dan Habil Ketika Iri Hati Merenggut Nyawa

Uji Keimanan dari Iblis di Hadapan Nabi dan Para Sahabat

Tidak hanya di dalam salat, Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat juga pernah mengalami upaya penggodaan keimanan dari Iblis. Suatu ketika, di sebuah majelis, Iblis menyamar menjadi seorang laki-laki dengan penampilan yang sangat buruk, kemudian mengajukan beberapa pertanyaan kepada Nabi SAW. Kisah ini tercatat dalam hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dari Ibnu Umar RA:

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: ‌كُنَّا ‌جُلُوسًا ‌عِنْدَ ‌النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ فَجَاءَ رَجُلٌ مِنْ أَقْبَحِ النَّاسِ وَجْهًا وَأَقْبَحِهِمْ ثِيَابًا، وَأَنْتَنِ النَّاسِ رِيحًا، جَلْقٌ جَافٍ يَتَخَطَّى رِقَابَ النَّاسِ، حَتَّى جَلَسَ بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسلم. فَقَالَ: مَنْ خَلَقَكَ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اللهُ. قَالَ: مَنْ خَلَقَ السَّمَاءَ؟ قَالَ: اللهُ. قَالَ: مَنْ خَلَقَ الْأَرْضَ؟ قَالَ اللهُ. قَالَ: مَنْ خَلَقَ اللهِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسلم: سُبْحَانَ اللهِ، وَأَمْسَكَ بِجَبْهَتِهِ، وَطَأْطَأَ رَأْسَهُ، وَقَامَ الرَّجُلُ فَذَهَبَ، فَرَفَعَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأْسَهُ، فَقَالَ عَلَيَّ بِالرَّجُلِ: فَطَلَبْنَاهُ فَكَأَنْ لَمْ يَكُنْ. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذَا إِبْلِيسُ جَاءَ يُشَكِّكُكُمْ فِي دينكم 

Artinya: “Dari Ibnu Umar ra, ia berkata, suatu ketika kami para sahabat duduk bersama Nabi saw, kemudian datang seorang laki-laki yang wajahnya jelek, bajunya dekil, badannya bau dan kurus kering. Tidak ada seorang pun yang mengenalinya. Setelah itu, ia duduk di hadapan Rasulullah saw. Laki-laki itu bertanya, “Siapa yang menciptakanmu?” Rasulullah menjawab, “Allah.” Lalu bertanya lagi, “Siapa yang menciptakan langit?” Rasulullah menjawab, “Allah.” Kemudian bertanya lagi, “Siapa yang menciptakan bumi?” Rasulullah menjawab, “Allah.” Terakhir, ia bertanya, “Siapa yang menciptakan Allah?” Rasulullah menjawab, “Maha Suci Allah” seraya memegang kening dan menundukkan kepalanya. Setelah itu, laki-laki tersebut berdiri lalu pergi. Lalu Rasulullah saw mengangkat kepalanya, kemudian ia berkata, aku telah diuji dengan seorang orang tadi. Setelah itu, kami para sahabat mencari laki-laki tersebut, akan tetapi tidak ketemu. Rasul berkata, “Laki-laki itu adalah Iblis. Ia datang untuk membuat kalian ragu atas agama kalian.” (Al-Baihaqi, Dalailunnubuwwah, [Beirut: Darul Kutub al-‘Ilmiyah, 1988] juz 7, halaman 125)

Demikianlah beberapa kisah mengenai interaksi Nabi Muhammad SAW dengan jin, khususnya Iblis. Hikmah yang dapat dipetik adalah bahwa tidak seorang pun, bahkan sekelas Nabi sekalipun, terlepas dari potensi gangguan jin dan golongan mereka. Apalagi bagi manusia biasa. Oleh karena itu, salah satu jalan untuk terhindar dari segala tipu daya dan bisikan jahat mereka adalah dengan senantiasa berlindung kepada Allah SWT. Wallahu a’lam bisshawab.

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Jihadul Chakim di Mojokerto

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Jihadul Chakim di Mojokerto merupakan pondok pesantren yang memberikan pendidikan agama yang mendalam, dengan pendekatan yang hangat dan penuh perhatian terhadap perkembangan karakter.Jika Anda sedang mencari pondok pesantren yang memberikan pendidikan agama yang mendalam, dengan pendekatan yang hangat dan penuh perhatian terhadap perkembangan karakter, Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Jihadul Chakim di Mojokerto – Jawa Timur bisa menjadi pilihan yang tepat. Dengan lingkungan yang mendukung dan pengasuhan yang penuh empati, pesantren ini fokus membentuk santri menjadi pribadi yang berakhlak mulia, mandiri, dan cinta Al-Qur’an. Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa menghubungi Pondok Pesantren Al Jihadul Chakim melalui WhatsApp di nomor 0811-3600-074 atau 0811-3055-5556.