Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Putri Terbaik Mojokerto – Pada zaman dahulu, terdapat seorang Nabi yang bernama Jurjis Alaihissalam, yang dikenal dengan ketakwaannya yang luar biasa. Kisah Nabi Jurjis ini menjadi pengingat penting tentang bagaimana menghadapi cobaan hidup dengan keimanan dan kesabaran yang tinggi. Kisah ini terdapat dalam kitab Al Azwadul Musthofawiyah karya KH Bisri Musthofa Rembang dan memberikan pelajaran berharga yang relevan dengan kehidupan kita, terutama dalam menghadapi tantangan besar seperti bencana alam, krisis ekonomi, dan ujian lainnya.
Keadaan Negeri yang Mengalami Krisis Pangan
Pada suatu waktu, negeri tempat Nabi Jurjis tinggal mengalami masa paceklik yang hebat. Negara tersebut dilanda kelaparan dan kekeringan yang parah, sehingga banyak penduduk yang menderita akibat kurangnya pangan dan air. Raja negeri tersebut, yang merasa cemas dengan keadaan itu, memutuskan untuk mendatangi Nabi Jurjis. Dalam pertemuannya, sang raja dengan penuh kesombongan mengancam Nabi Jurjis dan Allah dengan berkata, “Jika Tuhanmu tidak segera menurunkan hujan, maka aku akan memerangi Tuhanmu dengan kekuatan tentara yang besar!”
Raja yang sombong ini merasa dirinya cukup kuat untuk melawan Allah jika doanya tidak dikabulkan. Ia tidak menyadari bahwa segala sesuatu di dunia ini berada di bawah kuasa Allah, termasuk dirinya sendiri.
Ketakutan Nabi Jurjis dan Pertanyaan Malaikat Jibril
Nabi Jurjis yang mendengar ancaman tersebut merasa takut untuk menyampaikan permohonan kepada Allah. Ketika ia hendak berdoa, ia merasa dirinya tidak pantas untuk meminta, dan rasa takut akan kebesaran Allah menyelubunginya. Saat itulah, Malaikat Jibril turun untuk memberikan bimbingan.
“Kenapa engkau tidak berdoa?” tanya Malaikat Jibril. Nabi Jurjis menjelaskan bahwa ia merasa tidak pantas untuk menyampaikan permohonan karena merasa dirinya tidak layak. Malaikat Jibril kemudian memberikan nasihat untuk tidak ragu dan menyampaikan permohonannya dengan tulus.
Perintah Allah dan Jawaban untuk Raja yang Sombong
Setelah berdiskusi dengan Malaikat Jibril, Nabi Jurjis keluar untuk menemui raja dan menyampaikan pesan dari Allah. Nabi Jurjis bertanya kepada raja, “Bagaimana caranya engkau akan memerangi Allah?” Raja menjawab dengan penuh kesombongan, “Caranya adalah dengan menyakiti kekasih-Nya, karena dengan itu aku akan mendapatkan kemenangan.”
Namun, sebelum Nabi Jurjis sempat memberikan jawaban, Malaikat Jibril kembali hadir dan memberikan pesan dari Allah. “Katakan kepada raja agar ia mengurungkan niatnya, karena Allah mampu menurunkan hujan dan memberikan rezeki tanpa memerlukan ancaman dari siapapun,” ujar Malaikat Jibril. Pesan ini mengingatkan kita bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan tidak ada yang bisa menandingi kekuatan-Nya.
Keajaiban Rahmat Allah
Tiga hari setelah pertemuan tersebut, negeri yang sebelumnya dilanda paceklik dan kekeringan mulai mengalami perubahan yang luar biasa. Telaga yang kering kembali terisi dengan air yang melimpah, dan tanaman mulai tumbuh dengan subur. Raja yang melihat keajaiban ini kemudian kembali mendatangi Nabi Jurjis.
Kali ini, sikap raja berubah. Ia datang dengan rasa rendah hati dan berkata kepada Nabi Jurjis, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan hanya Dia yang berhak disembah.”
Baca juga: Mengapa Harus Mondok? Membangun Karakter dan Akhlak Mulia Sejak Dini
Hikmah dari Kisah Nabi Jurjis
Kisah Nabi Jurjis ini memberikan pelajaran yang sangat dalam bagi kita semua. Pertama, mengajarkan tentang pentingnya ketundukan dan keimanan kepada Allah, terutama dalam menghadapi ujian hidup. Seperti yang terjadi pada Nabi Jurjis, beliau tidak terburu-buru untuk berdoa, namun memilih untuk merenung dan memohon dengan adab yang baik, mengakui kekuasaan Allah yang Maha Besar.
Selain itu, kisah ini mengajarkan kita untuk tidak meremehkan orang-orang yang saleh dan berilmu agama. Ancaman raja terhadap Nabi Jurjis mencerminkan bahaya merendahkan orang-orang yang menjaga kebaikan dan nilai agama. Kita perlu menjaga harmoni dalam masyarakat, menghargai peran ulama, dan tidak merendahkan mereka yang memperjuangkan nilai-nilai kebaikan.
Relevansi dengan Keadaan Sekarang
Kisah ini juga relevan dengan tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini. Di tengah-tengah bencana alam, krisis ekonomi, atau ujian lainnya, kita bisa mengambil inspirasi dari sikap Nabi Jurjis yang sabar dan tawakal. Nabi Jurjis menunjukkan bahwa dalam menghadapi kesulitan, kita harus tetap menjaga akhlak dan tidak putus asa. Kita juga perlu bersatu dan saling membantu, sebagaimana prinsip gotong royong yang sudah menjadi budaya kita.
Di sisi lain, pemimpin negara perlu belajar dari perubahan sikap raja. Setelah mengalami rahmat Allah, raja yang sombong menjadi rendah hati. Ini mengingatkan kita bahwa pemimpin harus bijaksana dalam menghadapi krisis, mendengarkan aspirasi rakyat, dan menghindari kebijakan yang dapat memperburuk keadaan.
Kesimpulan
Kisah Nabi Jurjis mengandung hikmah yang sangat berharga. Dari kisah ini, kita belajar bahwa keimanan, kesabaran, dan ketundukan kepada Allah adalah kunci untuk menghadapi segala cobaan hidup. Selain itu, penting untuk menghargai peran orang-orang saleh dan menjaga keharmonisan sosial. Semoga kisah ini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua dalam menghadapi tantangan hidup dengan penuh iman dan tawakal kepada Allah.