You are here:

Makna dan Hikmah di Balik 17 Rakaat Shalat Wajib Sehari Semalam

Pondok Tahfidzul Qur’an Putri Terdekat Mojokerto – Shalat merupakan salah satu kewajiban utama umat Islam. Ibadah ini bukan hanya perintah yang harus dijalankan secara rutin, melainkan juga merupakan sarana penyucian jiwa, penyejuk hati, serta cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam sehari semalam, umat Islam diwajibkan melaksanakan shalat lima waktu, yakni Subuh, Zuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya.

Kewajiban ini disebutkan berulang kali dalam Al-Qur’an dan hadis, menandakan betapa pentingnya posisi shalat dalam kehidupan seorang Muslim. Shalat bukan semata ritual, melainkan pilar utama agama. Bahkan Rasulullah SAW menyebut shalat sebagai “tiang agama.”

Selain itu, shalat juga memiliki fungsi luar biasa dalam kehidupan seorang Muslim. Bukan hanya sebagai bentuk ketaatan, tetapi juga sebagai pelindung diri dari perbuatan dosa.

Sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al-Ankabut ayat 45, Allah SWT berfirman:

اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِۗ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ ۝٤٥

Artinya: “Bacalah (Nabi Muhammad) Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu dan tegakkanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Sungguh, mengingat Allah SWT (shalat) itu lebih besar (keutamaannya daripada ibadah yang lain). Allah SWT mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Ankabut: 45)

Jumlah Rakaat Shalat Lima Waktu

Setiap shalat memiliki jumlah rakaat yang berbeda. Shalat Subuh terdiri dari 2 rakaat, Zuhur 4 rakaat, Ashar 4 rakaat, Maghrib 3 rakaat, dan Isya 4 rakaat. Jika dijumlahkan, total rakaat shalat wajib dalam sehari semalam adalah 17 rakaat.

Apakah angka ini hanya kebetulan? Tentu tidak. Di balik jumlah rakaat ini terdapat hikmah mendalam yang telah dijelaskan oleh para ulama, salah satunya adalah Imam Al-Bujairami dalam kitabnya:

(فَائِدَةٌ) الْحِكْمَةُ فِي كَوْنِ الْمَكْتُوبَاتِ سَبْعَةَ عَشَرَ رَكْعَةً أَنَّ زَمَنَ الْيَقِظَةِ مِنْ الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ سَبْعَةَ عَشَرَ سَاعَةً غَالِبًا اثْنَا عَشَرَ نَهَارًا، وَنَحْوُ ثَلَاثِ سَاعَاتٍ مِنْ الْغُرُوبِ وَسَاعَتَيْنِ مِنْ الْفَجْرِ فَجَعَلَ لِكُلِّ سَاعَةٍ رَكْعَةً جَبْرًا لِمَا يَقَعُ فِيهَا مِنْ التَّقْصِيرِ

Artinya: “Faidah: Hikmah dari jumlah 17 rakaat dalam shalat maktubah (shalat yang diwajibkan) adalah bahwa dalam sehari semalam manusia biasanya terjaga (tidak tidur) selama 17 jam. 12 jam pada siang hari, sekitar 3 jam setelah matahari terbenam, dan 2 jam pada saat fajar. Maka setiap jam dijadikan satu rakaat sebagai penebus atas kecerobohan manusia yang dilakukan pada setiap jam tersebut.” (Syekh Sulaiman bin Muhammad bin Umar Al-Bujairomi, Hasyiah Bujairomi ‘ala Syarhi Manhaj Thulab, [Beirut, Darul Fikri: 2010], juz 1 halaman 152)

Hikmah ini sangat menyentuh secara spiritual maupun logis. Secara ilmiah, para dokter dan ahli kesehatan pun menyatakan bahwa waktu tidur ideal bagi orang dewasa adalah sekitar 7-8 jam, sisanya adalah waktu aktif. Dengan kata lain, 17 jam adalah waktu sadar manusia, dan Allah menganugerahkan satu rakaat untuk setiap jam tersebut sebagai media introspeksi, penyucian jiwa, dan sarana taqarrub kepada-Nya.

Shalat sebagai Sarana Pembersih Dosa

Shalat tidak hanya sebagai bentuk ibadah semata, tetapi juga berfungsi sebagai penghapus dosa. Hal ini dijelaskan dalam hadis Rasulullah SAW:

قَالَ ﷺ إنَّ الْعَبْدَ إذَا قَامَ يُصَلِّي أُتِيَ بِذُنُوبِهِ فَوُضِعَتْ عَلَى رَأْسِهِ أَوْ عَلَى عَاتِقِهِ فَكُلَّمَا رَكَعَ أَوْ سَجَدَ تَسَاقَطَتْ عَنْهُ

Artinya: “Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya jika seorang hamba sedang shalat, ia datang membawa dosa-dosanya, dan Allah meletakkan dosa-dosanya itu di atas kepala atau pundaknya. Maka setiap ia rukuk atau sujud dosa-dosa itu berguguran.” (H.R. Imam Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya)

Bayangkan, setiap kita melakukan rukuk dan sujud, maka pada saat itu pula dosa-dosa yang kita bawa akan berguguran. Inilah bukti nyata kasih sayang Allah SWT terhadap hamba-Nya yang menjaga shalat.

Hikmah Jumlah Rakaat dalam Masing-masing Shalat

Imam Al-Bujairomi juga menjelaskan secara rinci mengapa jumlah rakaat di tiap waktu shalat berbeda:

وَكَانَ حِكْمَةُ كَوْنِ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ بَقَاءَ الْكَسَلِ وَالْعَصْرَيْنِ أَرْبَعًا أَرْبَعًا تَوَفُّرَ النَّشَاطِ عِنْدَهُمَا وَالْمَغْرِبِ ثَلَاثًا أَنَّهَا وِتْرُ النَّهَارِ، وَلَمْ تَكُنْ وَاحِدَةً لِأَنَّهَا بَتْرَاءُ مِنْ الْبَتْرِ وَهُوَ الْقَطْعُ، وَأُلْحِقَتْ الْعِشَاءُ بِالْعَصْرَيْنِ لِتَجْبُرَ نَقْصِ اللَّيْلِ عَنْ النَّهَارِ إذْ فِيهِ فَرْضَانِ وَفِي النَّهَارِ ثَلَاثَةٌ لِكَوْنِ النَّفْسِ عَلَى الْحَرَكَةِ فِيهِ أَقْوَى

Artinya: “Adapun hikmahnya shalat Subuh terdiri dari 2 rakaat adalah karena pada waktu subuh masih ada rasa malas dalam diri manusia, Zuhur dan Ashar terdiri dari 4 rakaat karena bangkitnya rasa semangat pada waktu tersebut, Maghrib 3 rakaat karena ini adalah witirnya waktu siang dan tidak ditetapkan satu rakaat karena satu rakaat dianggap terputus. Sedangkan shalat Isya disamakan dengan shalat Zuhur dan Ashar karena berfungsi sebagai penambal kekurangan yang ada di waktu malam, karena pada malam hari terdapat 2 shalat yang diwajibkan. Sedangkan di waktu siang, ada 3 shalat, sebab pada waktu ini anggota tubuh lebih energik untuk dipakai beribadah.” (Syekh Sulaiman bin Muhammad bin Umar Al-Bujairomi, Hasyiah Bujairomi ‘ala Syarhi Manhaj Thulab, [Beirut, Darul Fikri: 2010], juz 1 halaman 152)

Dari penjelasan ini kita bisa memahami bahwa syariat Islam sangat memperhatikan kondisi manusia. Ketika manusia berada dalam kondisi lelah atau malas seperti di waktu Subuh, maka Allah SWT meringankan rakaatnya. Saat tubuh berada di puncak energi seperti Zuhur dan Ashar, rakaatnya lebih banyak. Sementara itu, Isya dan Maghrib disesuaikan dengan kebutuhan spiritual dan fisik di waktu malam.

Shalat bukan hanya soal kewajiban, tapi juga tentang hikmah, keseimbangan, kasih sayang Allah, dan kesempatan memperbaiki diri setiap harinya. Melalui 17 rakaat yang tersebar di lima waktu, Allah SWT memberi kita ruang untuk terus kembali, introspeksi, dan mensucikan diri dari dosa-dosa. Maka sudah selayaknya kita menjaga shalat lima waktu ini dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan.

Baca juga Makna Musibah dalam Perspektif Islam Ujian, Hikmah, dan Amalan Saat Menghadapinya

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Jihadul Chakim di Mojokerto

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Jihadul Chakim di Mojokerto merupakan pondok pesantren yang memberikan pendidikan agama yang mendalam, dengan pendekatan yang hangat dan penuh perhatian terhadap perkembangan karakter.Jika Anda sedang mencari pondok pesantren yang memberikan pendidikan agama yang mendalam, dengan pendekatan yang hangat dan penuh perhatian terhadap perkembangan karakter, Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Jihadul Chakim di Mojokerto – Jawa Timur bisa menjadi pilihan yang tepat. Dengan lingkungan yang mendukung dan pengasuhan yang penuh empati, pesantren ini fokus membentuk santri menjadi pribadi yang berakhlak mulia, mandiri, dan cinta Al-Qur’an. Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa menghubungi Pondok Pesantren Al Jihadul Chakim melalui WhatsApp di nomor 0811-3600-074 atau 0811-3055-5556.