You are here:

Makna Sabar dan Syukur Menurut Al-Qur’an dan Hadits

Makna Sabar dan Syukur Menurut Al-Qur’an dan Hadits

Pondok Tahfidzul Qur’an Putri Terdekat Mojokerto – Dalam ajaran Islam, sabar dan syukur merupakan dua sikap hati yang menjadi kunci kebahagiaan serta kunci sukses dunia dan akhirat. Kedua sifat ini sering disebut berpasangan dalam Al-Qur’an maupun Hadits, karena seorang muslim akan senantiasa berada di antara dua keadaan: ketika mendapat nikmat hendaknya ia bersyukur, dan ketika mendapat ujian hendaknya ia bersabar.

Makna Sabar dalam Islam

Secara bahasa, sabar berarti menahan diri. Dalam konteks syariat, sabar adalah menahan diri dari rasa gelisah, menahan lisan dari kata-kata tercela, serta menahan anggota badan dari perbuatan yang dilarang Allah.

Al-Qur’an banyak menyebutkan keutamaan sabar, salah satunya:

“Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)

Ayat ini menegaskan bahwa orang yang bersabar akan mendapatkan pertolongan, perlindungan, dan keberkahan dari Allah.

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam shahihnya no. 1469 dan 6470, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللّهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللّهُ، وَمَنْ يَصْبِرْ يُصَبِّرُاللّه، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ مِنْ عَطَاءٍ خَيْرٌ وَأَوْسَعُ مِنَ الصَّبْرِ  

Artinya: “Barangsiapa menjaga kesucian dirinya, maka Allah akan menjaga kesuciannya, dan barangsiapa mencukupkan dirinya tanpa meminta-minta, maka Allah akan menjadikannya kaya, dan siapa yang berlatih untuk bersabar, Allah akan beri kesabaran, dan tidaklah seseorang diberi pemberian yang lebih baik daripada kesabaran.”

Jadi, cara terbaik untuk menghadapi tindakan kasar, perlakuan buruk orang lain, dan cobaan-cobaan dalam hidup adalah dengan bersabar, karena Allah akan memberi pahala besar sebagai imbalannya.”

Makna Syukur dalam Islam

Syukur secara bahasa berarti berterima kasih atau mengakui nikmat. Dalam Islam, syukur adalah memuji Allah atas segala nikmat-Nya, baik dengan hati, lisan, maupun perbuatan.

Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

“(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (QS. Ibrahim: 7)

Ayat ini menegaskan bahwa syukur bukan hanya menjaga nikmat yang ada, tetapi juga menjadi sebab bertambahnya karunia dari Allah

Ibn Katsir dalam kitab tafsirnya menyodorkan kisah nyata sebagai implementasi ayat di atas:

َفِي الْمُسْنَدِ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِهِ سَائِلٌ فَأَعْطَاهُ تَمْرَةً، فَتَسَخَّطها وَلَمْ يَقْبَلْهَا، ثُمَّ مَرَّ بِهِ آخَرُ فَأَعْطَاهُ إِيَّاهَا، فَقَبِلَهَا وَقَالَ: تَمْرَةٌ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَمَرَ لَهُ بِأَرْبَعِينَ دِرْهَمًا، أَوْ كَمَا قَالَ

Artinya: “Diriwayatkan oleh Imam Ahmad al-Musnad ada seorang pengemis yang diberi sebutir kurma oleh Nabi, namun pengemis tersebut menolak karena merasa pemberian itu hanya sebutir biji kurma. Datang pengemis lain, Nabi berikan sebutir biji kurma. Terdengar ucapan terima kasih dan rasa syukur mendapat pemberian dari Nabi meski hanya sebutir kurma. Mendengar rasa syukur pengemis kedua ini, maka Nabi tambahkan 40 dirham untuknya.”

Orang yang bersyukur adalah orang yang tahu berterima kasih. Bukan sekedar banyak atau sedikitnya rejeki yang kita peroleh, tapi renungkan sejenak: yang memberi kita rejeki itu adalah Sang Maha Agung. Ini saja sudah pantas membuat kita bersyukur karena sedikit atau banyak kita masih diperhatikan dan diberi rejeki oleh Allah swt. Alhamdulillah.

Syukur dapat diwujudkan melalui tiga hal:

  • Hati: menyadari bahwa segala nikmat datang dari Allah.
  • Lisan: memuji Allah dengan ucapan seperti “Alhamdulillah”.
  • Perbuatan: menggunakan nikmat untuk kebaikan dan taat kepada Allah.

Ciri-Ciri Orang yang Bersabar dan Bersyukur

  • Tetap tenang dan tawakal ketika mendapat ujian.
  • Tidak mengeluh berlebihan atas musibah.
  • Senantiasa mengingat Allah dalam suka dan duka.
  • Bersyukur dengan memanfaatkan nikmat untuk kebaikan.
  • Mengucapkan kalimat dzikir sebagai bentuk rasa syukur.
  • Menjadikan nikmat dan ujian sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah.

Manakah yang Lebih Baik, Sabar atau Syukur?

Para ulama menyebutkan bahwa sabar dan syukur adalah dua sayap seorang mukmin. Tidak bisa hanya memiliki salah satunya, karena hidup selalu bergulir antara nikmat dan ujian.

Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, seorang mukmin dalam keadaan mendapat nikmat maka bersyukur, dan ketika teruji maka bersabar. Keduanya sama-sama mulia, tergantung keadaan seseorang.1

Baca juga: Perbedaan Hari Lahir Pancasila dan Hari Kesaktian Pancasila

Cara Melatih Sabar dan Syukur

  • Membiasakan diri mengingat Allah melalui dzikir dan doa.
  • Merenungi nikmat kecil hingga besar yang Allah berikan.
  • Menahan diri dari sikap tergesa-gesa dan amarah.
  • Melihat ke bawah dalam urusan dunia agar lebih mudah bersyukur.
  • Yakin bahwa setiap ujian adalah bentuk kasih sayang Allah.
  • Membiasakan ucapan syukur seperti “Alhamdulillah” dalam keseharian.

Hikmah Sabar dan Syukur

  • Memberikan ketenangan jiwa.
  • Menjadi sebab bertambahnya nikmat.
  • Mendatangkan pahala yang besar di sisi Allah.
  • Menguatkan iman dan mendekatkan diri kepada Allah.
  • Membentuk pribadi yang ikhlas dan tawakal.

Kesimpulan

Sabar dan syukur adalah dua sikap hati yang sangat penting dalam Islam. Sabar merupakan kemampuan menahan diri dalam menghadapi ujian, sedangkan syukur adalah ungkapan terima kasih kepada Allah atas segala nikmat-Nya. Keduanya saling melengkapi: seorang mukmin diuji dengan musibah maka ia bersabar, dan ketika diberi kenikmatan maka ia bersyukur.

Sabar dan syukur merupakan amalan hati yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya adalah kunci utama keberhasilan seorang muslim dalam meraih kebahagiaan dunia dan kebahagiaan abadi di akhirat.

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Jihadul Chakim di Mojokerto

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Jihadul Chakim di Mojokerto merupakan pondok pesantren yang memberikan pendidikan agama yang mendalam, dengan pendekatan yang hangat dan penuh perhatian terhadap perkembangan karakter.Jika Anda sedang mencari pondok pesantren yang memberikan pendidikan agama yang mendalam, dengan pendekatan yang hangat dan penuh perhatian terhadap perkembangan karakter, Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Jihadul Chakim di Mojokerto – Jawa Timur bisa menjadi pilihan yang tepat. Dengan lingkungan yang mendukung dan pengasuhan yang penuh empati, pesantren ini fokus membentuk santri menjadi pribadi yang berakhlak mulia, mandiri, dan cinta Al-Qur’an.

Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa menghubungi Pondok Pesantren Al Jihadul Chakim melalui WhatsApp di nomor 0811-3600-074 atau 0811-3055-5556, atau kunjungi tautan berikut: https://aljihadulchakim.sch.id/bio

  1. https://setkab.go.id/jadi-hari-libur-nasional-inilah-keppres-penetapan-1-juni-sebagai-hari-lahir-pancasila/ ↩︎
  1. https://kemenag.go.id/hikmah/5-hikmah-dan-tips-menghadapi-musibah-menurut-ibnu-qayyim-al-jauziyyah-ONt50 ↩︎
Share this post:
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp