Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin ada 4 nafsu yang bisa mencelakakan manusia dalam hidupnya, yakni :
Pertama, nafsu syaithaniyah; sifat identiknya adalah kecemburuan, hasad dan dengki, saling iri dan menjatuhkan. Pekerjaan dan targetnya bagaimana membuat jalan yang menyesatkan. Menjerumuskan dan menjatuhkan pada jalan kenistaan. Membasmi dan menghilangkan sifat kemanusiaan dan martabat anak Adam yang dimuliakan.
Kedua, nafsu kebinatangan ‘bahimah’ sifat binatang ternak. “Kita tahu persis bagaimana sikap binatang ternak yang diciptakan tanpa fikir, tanpa rasa. Bagi binatang ini adalah sifatnya, ia begitu, adalah lumrah. Tapi kalau manusia yang diberi hati diberi rasa, bersikap dengan sikap bahimah, maka ini petaka dan berbahaya,” kata Firdaus.
Ketiga nafsu buas “sabi’iyah” bukan binatang ternak, tapi lebih tinggi, binatang liar dan buas. “Kita tahu persis sifat-sifat identiknya adalah kesemena-menaan, tak punya rasa kasihan, tidak ada iba dan rasa. Ia akan menerkam siapa saja, andalannya adalah bringas dan tenaga, kuku tajam dan taringnya. Karakternya kezaliman, tidak ada keadilan. Yang kuat berkuasa, yang lemah binasa. Tidak ada ukuran kebenaran, yang ada unjuk kekuatan. Ini yang kita kenal dengan hukum rimba. Yang kuat selamat yang lemah terhina. Yang berani akan menindas yang pengecut. Yang kuat akan memakan yang lemah”.
Keempat, nafsu ‘rububiyyah” sifat ingin memiliki kedudukan sebagai Tuhan. Ia akan marah jika seseorang tidak menghormati, marah jika dikritik dan selalu ingin disanjung. Bahkan ia akan bisa mengaku sebagai Tuhan sebagaimana yang dilakukan oleh Qarun La’natullah alaih ; Aku adalah Tuhanmu yang Maha tinggi Yang Maha Agung.
Maka kita semua harus membentengi hati kita dengan Nafsu muthmainnah, nafsu yang penuh dengan kedamaian. Nafsu yang selalu menghiasi dirinya dengan kebaikan-kebaikan, selalu bertaubat kepada Allah Swt. Orang yang memiliki Nafsu Muthmainnah akan semakin meningkat taqwanya dan selalu meningkatkan sabarnya.
Kebenaran mutlak adalah ketentuan Tuhan, dijelaskan nabi, dikandung Al Quran. Sifat yang tumbuh tidak mengedepankan napsu keserakahan, tidak ada kepuasan di atas kejahatan. Sejatinya kehidupan ini tujuannya adalah mencari ridlo Allah sehingga kelak khusnul khatimah dan mendapatkan tempat di sisi Allah Swt.
Penulis : Budi Diansyah