Menuntut ilmu merupakan suatu pekerjaan yang tak perlu lagi diragukan akan kemanfaatan yang diperoleh darinya. Untuk itu, menuntut ilmu sangat penting bagi orang yang beriman untuk menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan mempunyai ilmu, seseorang tidak hanya bisa meniru, atau mengikuti saja tetapi dia meniru dengan mengetahui landasan dasar yang jadi landasan ilmu tersebut. Hal ini penting karena salah satu cara menjauhkan umat Islam dari taqlid buta, meniru tanpa tahu landasannya.
Mengingat firman Allah yang berisi perintah pada Rasulullah SAW
وقل رب زدني علما
“Katakanlah, ‘Wahai Rabb-ku, tambahkan ilmu padaku.” 1
Allah SWT tidak pernah memerintahkan pada Nabi-Nya meminta tambahan sesuatu kecuali ilmu. Hal itu karena Allah tahu bahwa begitu besar keuntungan yang akan diperoleh dalam ilmu. Maka dengan bertambahnya ilmu, bertambahlah pula rasa takut pada Allah SWT.
Akan tetapi seorang pelajar harus tahu dalam perjalanan menimba ilmu dan mempelajari ilmu karena ada hal-hal yang harus diperhatikan. Supaya apa yang selama dicari tidak berubah menjadi malapetaka bagi dirinya dan sesuatu yang seharusnya menjadikannya mulia berubah menjadi bencana.
Hal yang sering dilupakan para penuntut imu di zaman sekarang salah satunya adalah sikap Amanah dalam menuntut ilmu. Padahal sifat khianat adalah lawan sifat dari Amanah, dan khianat termasuk sifat yang paling buruk di mata Allah SWT. Orang mukmin yang Allah terangi hatinya dengan iman tidak mungkin memiliki sifat tersebut, apalagi penuntut ilmu yang selalu dinaungi sayap para malaikat dan merupakan pemburu warisan para Nabi dan Rasul.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amnat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” 2
Ilmu merupakan salah satu Amanah yang harus benar-benar ditunaikan karena akan dimintai pertanggungjawaban di hari kelak nanti. Oleh karena itu, bagi penuntut ilmu sepantasnya dapat mengemban dan menunaikannya dengan penuh rasa Amanah serta diiringi rasa takut kepada Allah SWT. Di samping itu juga harus selalu waspada disaat menyandarkan sesuatu atas nama Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW pun sudah mewanti-wanti agar hati-hati dalam membawa dan menyandarkan atas namanya. Misalnya dusta atas nama Rasulullah SAW dengan terlalu ceroboh membawakan suatu riwayat dari beliau.
Imam Ath-Thabrani meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a Rasulullah SAW bersabda
تناصحوا في العلم ، فإن خيانة أحدكم في علمه أشد خيانة في ماله ، و إن الله سائلكم يوم القيامة
“Hendaknya kalian saling memberi nasehat tentang ilmu. Sesungguhnya khianat salah seorang kalian terhadap ilmunya itu lebih besar daripada pengkhianatannya pada hartanya. Dan sesungguhnya Allah pasti akan memintai kalian pertanggungjawaban pada hari kiamat.”
Umumnya, penuntut ilmu zaman sekarang melakukan kebiasaan buruk salah satunya dia terlalu mudah memberikan fatwa yang hanya mereka tahu sekedarnya, ia berprasangka bahwa dirinya sudah layak mengeluarkan fatwa dan membagikan ilmu yang hanya secuil mereka pahami. Padahal sikap orang-orang terdahulu sangat takut dan berhati-hati memberi fatwa dan membagikan ilmunya meskipun sebenarnya tidak perlu diragukan lagi akan keilmuannya. Tentu kita yang harusnya merasa malu dengan apa yang ada pada kita. Baru saja ikut kajian, ikut seminar, dan ikut apapun saja sudah merasa seakan-akan punya luasnya ilmu, tiba-tiba mengeluarkan fatwa, menyalahkan orang lain dengan sembrono dan tindakan-tindakan lain yang kurang tepat.
Dan sesungguhnya berfatwa tanpa ilmu itu menyebabkan lahirnya kesesatan dan kedustaan. Bisa jadi mengharamkan suatu yang halal atau pun menghalalkan suatu yang haram.
Seperti firman Allah,
وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَٰذَا حَلَالٌ وَهَٰذَا حَرَامٌ لِّتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.” 3
Sebagai penuntut ilmu kita harus mempunyai sifat Amanah kepada ilmu, dalam artian cari ilmu dengan cara yang benar, pahami dengan pemahaman yang benar, dan kita sampaikan dengan cara yang benar.
Apalagi di zaman modern seperti saat ini. Media informasi mudah di dapat, mudah diakses kapanpun seperti facebook, Instagram, twitter dll. Iya kalau apa yang mereka tulis dan mereka tangkap dari seorang guru sesuai realita, jika ternyata tidak bagaimana? Bukan berarti menyalahkan ilmu yang ada di jaringan tersebut, hanya saja kita harus lebih berhati-hati dan teliti dengan semua yang kita baca dan kita dapat.
Hal lain yang harus diperhatikan yaitu saat membaca buku, karena diperlukan sikap kehati-hatian, bukan hanya sekedar membaca tetapi harus disertai pemahaman. Jika ada hal-hal yang sulit dipahami sendiri, sebaiknya tanyakan pada seseorang yang ahli di bidangnya dan jangan sampai menyimpulkan sendiri berdasarkan pemikiran kita yang sangat kurang. Karena membaca sedikit disertai dengan pemahaman benar itu lebih baik daripada banyak membaca tetapi salah tangkap dengan maksudnya.
Oleh karena itu, bersikaplah sebagai penuntut ilmu yang Amanah, cinta pada ilmu dan berusaha mengamalkannya sesuai kadarnya. Minta dan takutlah pada Allah SWT yang maha mengabulkan doa dan maha memudahkan segala urusan. Karena pentingnya sikap Amanah itu lah Allah akan memberikan kemudahan bagi para penuntut ilmu.
Penulis : Zumrotus Shofa