Hakikat dunia menurut Islam hanyalah permainan dan sifatnya fana atau tidak kekal. Dunia merupakan tempat dimana manusia hidup dan beraktifitas untuk menjalankan segala urusannya terutama untuk beribadah kepada Allah SWT. Dalam kehidupan dunia, manusia melewati fase-fase tertentu dan dalam fase kehidupan tersebut manusia mengalami berbagai macam hal. Suka ataupun tidak, setiap manuisa yang terlahir di dunia harus menjalani kehidupan dan berusaha untuk bertahan hidup dengan segala kemampuannya.
Dunia diciptakan Allah beserta isinya guna mendukung kehidupan manusia dan memenuhi segala kebutuhannya, mekipun demikian keindahan dunia dan isinya justru membuat manusia lupa akan tujuan hidup yang sebenarnya. Padahal dunia sebenarnya hanya permainan belaka, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Hadid ayat 20 berikut ini:
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permanian dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Qs. Al-Hadid, 20)
Ayat ini menyebutkan tentang hakikat dunia agar setiap orang tidak pelit untuk bersedekah. Tatkala Allah SWT menyebutkan bahwa hakikat dunia yang pertama adalah seperti permainan (لَعِبٌ), ibarat manusia itu di umur setelah lahir sampai kurang lebih umur 5 tahun. Di masa kanak-kanak tersebut kebanyakan dunia mereka hanya bermain. Kemudian kedua, senda gurau (لَهْوٌ) manusia di umur 6-9 tahun masa dimana seseorang mulai beranjak remaja, yang kerjaannya kebanyakan bersenda gurau. Ketiga, perhiasan atau berdandan (وَزِينَةٌ) diibaratkan masa seorang sudah remaja di umur 10-17 tahun, di mana mereka sudah mulai memperhatikan penampilan, agar dilihat temannya dan dinilai lebih baik. Selanjutnya, berbangga-bangga (وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ) membangga-banggakan kehidupan orang tuanya, terjadi pada seseorang di usia 18 tahun sampai sebelum menikah. Bangga dengan apa yang telah dia capai semasa itu.
Kemudian (وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ) memperbanyak anak, harta kekayaan, kesuksesan dan memperbanyak sesuatu yang lainnya dimana seseorang berusia kisaran setelah menikah sampai kurang lebih 50 tahun. Kemudian yang terakhir di usia 51 tahun sampai meninggal, yaitu masa seseoarng dikembalikan lagi seperti anak-anak, sering sakit-sakitan, takut ditinggal anak, dan manja seperti anak kecil lagi.
Yang sesungguhnya bisa ditarik kesimpulan dari kehidupan dunia adalah hal-hal yang disebutkan Allah dalam firman-Nya
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Dijadikan indah pada pandangan manusia kepada apa yang diingini, yakni wanita, anak-anak, harta banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Ali Imran: 14)
Allah kemudian menggambarkan perumpamaan kehidupan dunia, bahwa kehidupan dunia itu kemewahan yang fana dan nikmat yang pasti lenyap. Seperti firman-Nya {كَمَثَلِ غَيْثٍ} yaitu seperti hujan, hujan yang turun sesudah manusia berputus asa dari kedatangannya, dan {أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ} tanam-tanamannya mengagumkan para petani. Artinya, tanaman yang ditumbuhkan berkat hujan itu mengagumkan para petaninya. Maka, bagaimana para petani merasa kagum dengan hal itu, begitu pula orang-orang kafir mengagumi kehidupan dunia, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang paling menyenanginya dan tiada yang terlintas dalam hati mereka selain darinya. Kemudian {ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا} tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur. Maksudnya, tanaman-tanaman itu kering dan kuning, padahal sebelumnya tampak hijau dan segar. Kemudian semuanya menjadi hancur berantakan alias kering kerontang. Demikian juga dengan kehidupan dunia, awalnya kelihatan muda, lalu dewasa dan menua akhirnya lupa akan segalanya. Manusia pun begitu, pada usia muda ia kelihatan segar, cantik, ganteng, kuat, berisi penampilannya hebat dan keren. Secara berangsur-angsur dia pasti akan menua, wataknya berubah dan kehilangan sebagian dari kekuatannya. Dan jadilah manusia yang lanjut usia dan lemah watak juga kekuatannya, cantiknya menghilang dan sedikit geraknya sampai tidak mampu mengerjakan sedikit perkerjaan apapun karena sangat lemahnya.
Perumpamaan tersebut mengingatkan bahwa lenyapnya dunia, hancurnya dunia dan habisnya usia itu merupakan sebuah kepastian, dan akhirat itu ada dan pasti. Maka Allah memperingatkan untuk selalu hati-hati dalam mengahdapinya, dan menganjurkan untuk selalu berbuat baik yang akan membawa pahala tersebut di akhirat kelak. Untuk itu, firman Allah
{وَفِي الآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ}
Yang dimaksudkan tiada akhirat yang akan datang dalam waktu dekat kecuali ini atau itu, yaitu adakalanya azab yang keras dan adakalanya ampunan dari Allah dan rida-Nya.
{وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ}
Yang berarti kesenangan yang fana itu sedang memperdayakan orang yang cenderung kepadanya, karena hanya dialah yang terperdaya dan merasa kagum dengannya, sehingga ia mempunyai keyakinan bahwa tiada negeri lain selain dunia ini, dan dibalik semua ini tidak ada hari bangkit. Padahal kehidupan dunia ini amatlah hina dan rendah dibandingkan dengan kehidupan di akhirat.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ ووَكِيع، كِلَاهُمَا عَنِ الْأَعْمَشُ، عَنْ شَقِيقٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “لَلْجنة أَقْرَبُ إِلَى أَحَدِكُمْ مِنْ شِرَاك نَعْلِهِ، وَالنَّارُ مِثْلُ ذَلِكَ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Umair dan Waki’, keduanya dari Al-A’masyi, dari Syaqiq, dari Abdullah yang mengatakan bahwa Rasaulullah SAW bersabda: Sesungguhnya surga itu lebih dekat kepada seseorang dari kamu daripada tali terompahnya, dan neraka pun seperti itu.
Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini secara tunggal dalam kitab Raqa-iq melalui hadis As-Sauri, dari Al-A’masy dengan sanad yang sama. Dalam hadis tersebut terkandung makna yang menujukkan dekatnya kebaikan dan keburukan dengan manusia
Oleh karena itu, Allah menganjurkan kepada semua umat manusia untuk bersegera mengerjakan kebaikan yaitu berupa amal-amal ketaatan, dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan. Karena dengan melakukan kebaikan terhapuslah dosa-dosa orang yang bersangkutan tersebut. Jangan tergiur akan keindahan dunia yang sementara ini, karena dapat membuat seseoarang lupa akan tujuan hidup yang utama yaitu beribadah kepada Allah, dunia hanya tempat untuk menanam hal-hal kebaikan dan akhirat adalah tempat untuk mengambil hasil panenan yang ada di dunia.
Maka dari itu, tanam banyak-banyak kebaikan selama masih di dunia, agar hasil yang dipetik dan dipanen besok di akhirat memuaskan, penuh akan barokah dan kebahagiaan yang selama-lamanya.
Penulis : Zumrotus Shofa