Pesantren Tahfidzul Qur’an Putri Terbaik Mojokerto – Surah Quraisy bukan sekadar catatan sejarah kabilah Arab. Di balik ayat-ayat pendeknya, terkandung prinsip-prinsip bisnis yang tajam dan relevan hingga hari ini.
Allah berfirman:
“لِإِۦلَٰفِ قُرَيْشٍ”
“Disebabkan oleh kebiasaan orang-orang Quraisy”
“إِۦلَٰفِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ”
“(Yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas”
(QS. Quraisy: 1–2)
Menurut Tafsir Kementerian Agama RI, dua ayat ini memuat empat prinsip dasar kemakmuran yang menjadi kunci sukses orang Quraisy dalam berdagang.
- Konsistensi dan Kebiasaan Baik (li ilāf)
Kemajuan ekonomi Quraisy berangkat dari kebiasaan yang terpelihara. Mereka tidak berdagang secara insidental, tapi menjadikannya bagian dari tradisi dan budaya. Konsistensi ini menciptakan sistem yang kokoh dan berkelanjutan. - Menjaga Nama Baik dan Amanah (Quraisy)
Kata “Quraisy” mengingatkan kita pada reputasi kabilah yang mulia. Dalam dunia niaga, nama baik dan amanah adalah aset utama. Kepercayaan pelanggan tidak dibeli dengan diskon, tapi diraih lewat integritas dan kejujuran. Quraisy unggul karena terpercaya. - Misi Perniagaan yang Meluas (rihlah)
Quraisy tidak hanya berdagang di sekitar Ka‘bah. Mereka melakukan ekspansi ke berbagai wilayah — ke Yaman saat musim dingin dan ke Syam saat musim panas. Prinsip ini mengajarkan pentingnya memperluas pasar dan jaringan bisnis ke luar zona nyaman. - Cermat Membaca Kondisi (asy-syitā’ wa ash-shaif)
Mereka tidak asal pergi. Waktu dan arah perjalanan dagang mereka sesuaikan dengan musim. Ini menunjukkan kecermatan dalam membaca situasi, iklim, dan peluang. Bisnis yang tumbuh bukan hanya karena kerja keras, tapi juga karena ketepatan strategi.
Baca juga: Belajar dari Sahabat Mulia: Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhu
Daftar isi
ToggleKemakmuran Bukan untuk Hawa Nafsu
Namun, Al-Qur’an tidak berhenti pada prinsip ekonomi semata. Allah menegaskan:
“فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَٰذَا الْبَيْتِ”
“Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (Pemilik) rumah ini (Ka‘bah)”
(QS. Quraisy: 3)
Rezeki adalah amanah, bukan tujuan akhir. Ia harus menjadi bekal untuk beribadah dan mendekat kepada Allah.
Allah pun menutup Surah Quraisy dengan gambaran ideal kemakmuran:
“ٱلَّذِي أَطْعَمَهُم مِّن جُوعٍ وَآمَنَهُم مِّنْ خَوْفٍ”
“Yang telah memberi mereka makan untuk menghilangkan lapar dan mengamankan dari ketakutan.”
(QS. Quraisy: 4)
Visi Ekonomi Qurani
Visi ekonomi dalam Surah Quraisy sangat jelas:
✅ Cukup sandang-pangan
✅ Aman dari ketakutan
✅ Usaha yang diberkahi karena diniatkan untuk ibadah
Inilah kemakmuran sejati menurut Al-Qur’an.
Bukan sekadar banyaknya harta, tapi manfaat dan keberkahannya bagi sesama.