Yakin atas Ampunan Allah SWT

Hidup sejatinya saling berkaitan ada baik ada buruk, ada nikmat juga ada ujian. Setiap nikmat ataupun ujian pasti memiliki hikmahnya sendiri, hal ini tidak lepas dari skenario Allah dalam mengatur kehidupan hambaNya. Adapun ujian tersebut bisa dimaksudkan sebagai meningkatkan kualitas taqwa, namun ada juga ujian itu sebagai pukulan atas perbuatan kita. Namun, sekali lagi bahwa hanya Allah yang dapat membolak-balikkan keadaan kita dalam perjalanan hidup yang fana ini.

وَإِن يَمْسَسْكَ ٱللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُۥٓ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِن يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَآدَّ لِفَضْلِهِۦ ۚ يُصِيبُ بِهِۦ مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ ۚ وَهُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ

Artinya: Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 1

Ayat diatas menegaskan bahwa manusia selalu diingatkan bahwa kesusahan & kebaikan yang saling beriringan yang menghendaki hanyalah Allah Swt. Manusia berbuat kejahatan, berbuat dzalim, bersedekah, menolong sesama akan ternilai sendiri oleh Allah Swt. Segala perbuatan yang dilakukan tidak seharusnya & tidak pantas mendapatkan penilaian dari sesama manusia.

Dalam Asmaul Husna Allah memiliki sifat yakni  الضار Allah sebagai yang Maha Pemberi Kemudharatan atas manusia namun Allah juga lah القادر Yang Maha Menyeimbangkan atau Menentukan. Bahwa segala ketentuan didunia ini adalah tidak lepas dari Takdir Allah dan manusia lah yang akan mempertanggung jawabkan perbuatannya dihadapan Allah.

Masih dalam asmaul husna Allah memiliki sifat yakni المحصى Yang Maha mengkalkulasi, Allah telah menghitung segala ketetapan atas ciptaanNya. Allah menentukan, mengetahui dan mencatat kadar atau jumlah segala sesuatu secara akurat, baik itu berkaitan dengan ciptaan dan peristiwa maupun berkaitan dengan amal manusia dan balasannya. Nama indah Al-Muhshi semestinya juga menyadarkan manusia akan kelemahan-kelemahannya, karena Allah dapat mengalkulasi segala apa yang tidak dapat manusia kalkulasi. Nama indah Al-Muhshi juga seyogianya menuntun manusia pada sikap bersyukur atas karunia-Nya, karena nikmat-Nya sungguh tidak sanggup dihitung olehnya.

Baca Artikel Lainnya:  Belajar dari Kisah Nabi Zakaria : Doa Kita Tidak Akan Sia-sia

Namun, jangan pernah melupakan bahwa Allah juga memiliki sifat Al-Ghafuur dan Ar-Rahiim bahwa selalu ada kesempatan untuk manusia bertaubat agar mendapatkan ridlo Allah Swt. Sebab, manusia diciptakan tidak lepas dari kesalahan-kesalahan. Pintu taubat ini akan selalu terbuka lebar untuk hati yang selalu mengingat Allah Swt.

Wallahu A’lam

 

Penulis : Budi Diansyah

Footnotes

  1. QS Yunus: 107